Sabtu, 21 Januari 2012
Senin, 16 Januari 2012
Sepasang Angsa dan Katak
Musim kering telah tiba, sekelompok angsa bersiap-siap terbang bersama meninggalkan sebuah danau yang mulai dangkal untuk bermigrasi ke arah selatan ke sebuah tempat dimana air mengalir.
Seekor katak yang gelisah memohon kepada sepasang angsa yang sedang bersiap-siap agar turut membawa serta dirinya. “Bagaimana caranya agar kita bisa membawa serta kamu, sementara kamu hanya bisa melompat?” jawab si angsa jantan. “Saya ada ide, kalian gigit erat-erat kedua ujung akar rumput ini dan saya menggigit ditengah kemudian terbang bawalah saya beserta kalian” Sahut si katak seraya meletakkan sebuah akar rumput dihadapan mereka.
“Baiklah, itu sungguh ide yang hebat, kami setuju terbang bersamamu” jawab si angsa betina disertai anggukan setuju pasangannya.
Dan terbanglah mereka dengan membawa si katak yang tergantung ditengah akar rumput yang digigitnya. Dibawah sana banyak orang berdecak kagum keheranan serta memuji melihat kecerdikan mereka bertiga. Sampai kemudian tak luput dari angsa lain yang terbang bersama mereka juga turut memuji dan salah satunya berkata “Kalian bertiga sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?”
”Ide saya” sahut si katak dengan spontan membuka mulutnya dan seketika itu lepaslah gigitannya dari akar rumput dan dalam sekejap tubuhnya meluncur deras ke bumi, hancur menghantam bebatuan dibawah sana.
Pepatah mengatakan, “Tutuplah mulutmu maka orang takkan tahu seberapa tahunya kamu dan bukalah mulutmu maka mereka takkan meragukan ketidaktahuanmu” Pepatah itu benar adanya, tapi bayangkanlah apa saja yang akan hilang seandainya tak ada yang buka mulut.
“Hikmahnya adalah tentang kapan waktu yang tepat untuk berbicara dan kapan waktunya menjadi pendengar yang baik”
Seekor katak yang gelisah memohon kepada sepasang angsa yang sedang bersiap-siap agar turut membawa serta dirinya. “Bagaimana caranya agar kita bisa membawa serta kamu, sementara kamu hanya bisa melompat?” jawab si angsa jantan. “Saya ada ide, kalian gigit erat-erat kedua ujung akar rumput ini dan saya menggigit ditengah kemudian terbang bawalah saya beserta kalian” Sahut si katak seraya meletakkan sebuah akar rumput dihadapan mereka.
“Baiklah, itu sungguh ide yang hebat, kami setuju terbang bersamamu” jawab si angsa betina disertai anggukan setuju pasangannya.
Dan terbanglah mereka dengan membawa si katak yang tergantung ditengah akar rumput yang digigitnya. Dibawah sana banyak orang berdecak kagum keheranan serta memuji melihat kecerdikan mereka bertiga. Sampai kemudian tak luput dari angsa lain yang terbang bersama mereka juga turut memuji dan salah satunya berkata “Kalian bertiga sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?”
”Ide saya” sahut si katak dengan spontan membuka mulutnya dan seketika itu lepaslah gigitannya dari akar rumput dan dalam sekejap tubuhnya meluncur deras ke bumi, hancur menghantam bebatuan dibawah sana.
Pepatah mengatakan, “Tutuplah mulutmu maka orang takkan tahu seberapa tahunya kamu dan bukalah mulutmu maka mereka takkan meragukan ketidaktahuanmu” Pepatah itu benar adanya, tapi bayangkanlah apa saja yang akan hilang seandainya tak ada yang buka mulut.
“Hikmahnya adalah tentang kapan waktu yang tepat untuk berbicara dan kapan waktunya menjadi pendengar yang baik”
Sukses adalah Hak Saya: Bila Gagal, Bangkit Lagi !
Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa.
Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini panduan ini tidak sempurna.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tunanetra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden, dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
”Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill. (Selesai)
Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini panduan ini tidak sempurna.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakat pun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusan pun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikan pun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”
Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk ke sekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dengan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda.
Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tunanetra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi Presiden, dan tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.
”Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil,” Dr. Napoleon Hill. (Selesai)
Segala Nikmat Hanya Karena-Mu
Terdengar lantunan murrathal... merdu, menentramkan hati. Kebiasaanku kini mengawali hari dengan mendengarkan lantunan ayat suci sambil beraktivitas di dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilku...
Fabi ayyi aalaa irabbikumaa tukadzdzibaan... Hmm... surat ar-Rahman gumamku pelan. Indahnya lantunan ayat Al Quran... hatikupun bergetar karenanya, kucoba merenungi maknanya dan bermuhasabah...
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Subhanallah... dalam surat ar-Rahman Allah menanyakan hal ini hingga 31 kali! Mengapa gerangan Allah bertanya “Maka nikmat Tuhanmu mananakah yang kamu dustakan?” hingga 31 kali? Tidak lain karena kita, manusia sungguh telah mendustakan nikmat Allah. Betapa banyak kita mendapat limpahan nikmat dari Allah, tapi kita ternyata mendustakannya...
Astaghfirullhaldziim... Padahal Allah telah berfirman “Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada Hari itu tentang kenikmatan di dunia itu.” (QS. At-Takasur [102] : 8)
Yaa Allah... alangkah buruknya perbuatan hamba, betapa seringnya diri ini mengeluhkan secuil masalah, mendustakan nikmat-Mu, lalai mengingat dan bersyukur kepada-Mu, padahal setiap detiknya kunikmati limpahan kasih sayang-Mu, aku bergelimang nikmat-Mu... Kedua mata ini dapat melihat karena-Mu, telinga ini dapat mendengar karena-Mu, masih kuhirup nafas segar karena-Mu, jantung ini masih berdetak karena-Mu, kurasakan indahnya Islam juga karena-Mu...
Segala nikmat yang ada padaku datangnya dari-Mu,karena-Mu... Bahkan sungguh aku tak sanggup menghitungnya... Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikkan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang kepada mereka tanda kekuasaan Kami, tetapi mereka tetap berpaling.” (QS. Al-An’am [6] : 46)
Malu, sungguh malu rasanya bila mengingat Rasulullah saw yang selalu melakukan Qiyamul lail hingga kakinya bengkak, hanya karena ingin menjadi hamba yang bersyukur... Dalam sebuah riwayat Aisyah r.a bercerita, Pada suatu malam Rasulullah saw mendatangiku dan berkata, “Biarkanlah aku menyembah Rabbku.” Maka beliau bangkit berwudhu dan shalat. Beliau menangis sampai air matanya mengalir di dadanya, kemudian rukuk dan menangis, kemudian sujud dan menangis, kemudian mengangkat mukanya dan menangis. Dan beliau tetap dalam kondisi seperti itu sampai Bilal mengumandangkan adzan Shalat. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Engkau menangis padahal Allah sudah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang?” Rasulullah saw lantas berkata, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?”
Teringat pula tausiyah ustadz dalam suatu kesempatan pengajian. Dikisahkan di hari akhir ada seorang soleh yang akan dihisab. Dengan penuh percaya diri ia berkata, “Ya Allah, hisablah aku terlebih dahulu berdasarkan amalku. Dia sangat yakin akan amal salehnya yang banyak karena semasa hidupnya ia sangat rajin beribadah... Diapun dihisab Allah, dan benar saja, timbangan amalnya memang sangat berat. Kemudian Allah berkata, sekarang mari kita timbang nikmat-Ku kepadamu. Pertama kali kita timbang nikmat sebelah mata yang kuberikan untukmu. Setelah ditimbang ternyata berat timbangan nikmat sebelah mata mencapai setengah dari berat timbangan amal yang dilakukan orang soleh tadi! Subhanallah... ternyata ibadah kita seumur hiduppun tak kan mampu menandingi banyaknya nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kita!
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kedua orangtuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf [46] : 15)
Wallahu a’lam bishshawaab. Cibubur, 14 Januari 2012.
Daftar Pustaka: Thobroni, M. 2011. Super Sukses Muhammad. Yogyakarta: Cakrawala.
Fabi ayyi aalaa irabbikumaa tukadzdzibaan... Hmm... surat ar-Rahman gumamku pelan. Indahnya lantunan ayat Al Quran... hatikupun bergetar karenanya, kucoba merenungi maknanya dan bermuhasabah...
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Subhanallah... dalam surat ar-Rahman Allah menanyakan hal ini hingga 31 kali! Mengapa gerangan Allah bertanya “Maka nikmat Tuhanmu mananakah yang kamu dustakan?” hingga 31 kali? Tidak lain karena kita, manusia sungguh telah mendustakan nikmat Allah. Betapa banyak kita mendapat limpahan nikmat dari Allah, tapi kita ternyata mendustakannya...
Astaghfirullhaldziim... Padahal Allah telah berfirman “Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada Hari itu tentang kenikmatan di dunia itu.” (QS. At-Takasur [102] : 8)
Yaa Allah... alangkah buruknya perbuatan hamba, betapa seringnya diri ini mengeluhkan secuil masalah, mendustakan nikmat-Mu, lalai mengingat dan bersyukur kepada-Mu, padahal setiap detiknya kunikmati limpahan kasih sayang-Mu, aku bergelimang nikmat-Mu... Kedua mata ini dapat melihat karena-Mu, telinga ini dapat mendengar karena-Mu, masih kuhirup nafas segar karena-Mu, jantung ini masih berdetak karena-Mu, kurasakan indahnya Islam juga karena-Mu...
Segala nikmat yang ada padaku datangnya dari-Mu,karena-Mu... Bahkan sungguh aku tak sanggup menghitungnya... Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikkan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang kepada mereka tanda kekuasaan Kami, tetapi mereka tetap berpaling.” (QS. Al-An’am [6] : 46)
Malu, sungguh malu rasanya bila mengingat Rasulullah saw yang selalu melakukan Qiyamul lail hingga kakinya bengkak, hanya karena ingin menjadi hamba yang bersyukur... Dalam sebuah riwayat Aisyah r.a bercerita, Pada suatu malam Rasulullah saw mendatangiku dan berkata, “Biarkanlah aku menyembah Rabbku.” Maka beliau bangkit berwudhu dan shalat. Beliau menangis sampai air matanya mengalir di dadanya, kemudian rukuk dan menangis, kemudian sujud dan menangis, kemudian mengangkat mukanya dan menangis. Dan beliau tetap dalam kondisi seperti itu sampai Bilal mengumandangkan adzan Shalat. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Engkau menangis padahal Allah sudah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang?” Rasulullah saw lantas berkata, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?”
Teringat pula tausiyah ustadz dalam suatu kesempatan pengajian. Dikisahkan di hari akhir ada seorang soleh yang akan dihisab. Dengan penuh percaya diri ia berkata, “Ya Allah, hisablah aku terlebih dahulu berdasarkan amalku. Dia sangat yakin akan amal salehnya yang banyak karena semasa hidupnya ia sangat rajin beribadah... Diapun dihisab Allah, dan benar saja, timbangan amalnya memang sangat berat. Kemudian Allah berkata, sekarang mari kita timbang nikmat-Ku kepadamu. Pertama kali kita timbang nikmat sebelah mata yang kuberikan untukmu. Setelah ditimbang ternyata berat timbangan nikmat sebelah mata mencapai setengah dari berat timbangan amal yang dilakukan orang soleh tadi! Subhanallah... ternyata ibadah kita seumur hiduppun tak kan mampu menandingi banyaknya nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kita!
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kedua orangtuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf [46] : 15)
Wallahu a’lam bishshawaab. Cibubur, 14 Januari 2012.
Daftar Pustaka: Thobroni, M. 2011. Super Sukses Muhammad. Yogyakarta: Cakrawala.
Langganan:
Komentar (Atom)
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

















